
Demam Matcha, dari Upacara Minum Teh di Jepang Jadi Minuman Kekinian di Kafe
Sudah mencoba minuman dan makanan yang berbahan matcha? Minuman hijau cerah ini belakangan memang viral banget di media sosial.
Jika dulu matcha cuma dikenal di Jepang, sekarang teh hijau ini udah mendunia, termasuk di negara-negara Barat. Apalagi, dengan tren hidup sehat yang makin digandrungi, matcha jadi pilihan favorit buat mereka yang ingin minum enak tapi tetap sehat.
Di kafe-kafe kekinian, matcha nggak cuma muncul dalam bentuk teh, tapi juga berbagai kreasi lain seperti matcha latte, es krim, bahkan kue! Rasa matcha yang sedikit pahit dan earthy ternyata cocok banget dipadukan sama manisnya dessert.
Tetapi tahu nggak sih, ternyata matcha punya sejarah panjang yang sudah ada sejak abad ke-7 sampai ke-10.
Baca juga: Bikin Soft Cookies yang AntiGagal dan Kenyalnya Tahan Lama
Ternyata asalnya dari China
Awalnya matcha berasal dari China, tepatnya di era Dinasti Tang. Dulu, daun teh hijau dikukus dan dipadatkan jadi balok supaya lebih awet pas dibawa dalam perjalanan dagang jarak jauh. Nah, saat mau dikonsumsi, daun ini dipanggang lalu digiling jadi bubuk halus. Inilah yang sekarang kita kenal sebagai matcha.
Meskipun asalnya dari China, matcha lebih terkenal di Jepang karena seorang biksu bernama Eisai membawa teh ini ke sana dan memperkenalkan cara menyeduhnya.
Sekarang matcha lebih banyak ditanam di Jepang karena iklimnya yang cocok, terutama di bagian tengah dan selatan negara itu. Memang sih, matcha bisa tumbuh di tempat lain, tapi kualitas terbaik tetap datang dari Jepang.
Hal ini karena berbagai faktor, mulai dari tanah, cara tanam yang penuh perhatian, sampai metode pengolahannya. Bahkan ada perbedaan mencolok antara matcha dari Jepang dan China dalam hal warna, tekstur, rasa, dan kandungan gizinya.
Cara penanaman matcha di Jepang juga unik. Beberapa minggu sebelum dipanen, tanaman teh ini ditutup dari sinar matahari supaya kandungan klorofilnya naik. Makanya, warna hijau matcha itu segar banget! Proses ini juga bikin rasanya lebih kaya dan aromanya lebih kuat.
Begitu dipanen dan dihaluskan, matcha bisa langsung dicampur dengan air panas dan dikocok sampai berbusa. Ritual ini bukan sekadar bikin minuman, tapi juga punya filosofi ketenangan dan keharmonisan. Nggak heran kalau matcha jadi bagian penting dalam upacara minum teh di Jepang, yaitu "chanoyu."
Baca juga: Bukan Sekedar Hidangan Sayur, Urap Ternyata Penuh Filosofi
Demam matcha di dunia
Jika tiba-tiba matcha jadi sepopuler sekarang, kemungkinan besar karena budaya ngopi di Amerika yang suka banget sama minuman manis dari kafe. Ditambah lagi, media sosial bikin tren ini langsung menyebar ke seluruh dunia.
Salah satu alasan lain kenapa matcha banyak disukai adalah karena efeknya mirip kopi, tapi lebih calming. Buat kamu yang gampang cemas atau susah tidur kalau kebanyakan kopi, matcha bisa jadi alternatif yang lebih nyaman.
Manfaat matcha juga banyak, lho! Mulai dari kaya antioksidan yang bisa mencegah kanker, penyakit jantung, dan diabetes, sampai membantu menurunkan berat badan. Plus, ada kandungan L-Theanine yang bisa meningkatkan fokus dan mengurangi stres. Cocok banget buat kamu yang ingin meningkatkan energi tapi nggak mau gelisah berlebihan.
Tetapi tentu tidak semua hal dari matcha berdampak manis. Matcha tetap mengandung kafein, jadi mengonsumsinya terlalu banyak bisa bikin sakit kepala, cemas, bahkan masalah pencernaan. Bahkan, bisa memengaruhi tekanan darah dan penyerapan zat besi.
Bukan hobi murah
Buat yang baru mau mulai minum matcha, ada dua jenis yang perlu kamu tahu: ceremonial-grade dan culinary-grade.
Ceremonial-grade itu yang paling premium, warnanya lebih hijau terang, rasanya lebih lembut, dan harganya juga lebih mahal. Biasanya dipakai untuk minuman seperti matcha latte. Sedangkan culinary-grade lebih sering digunakan untuk memasak atau bikin kue, rasanya lebih pahit dan warnanya lebih kusam.
Baca juga: Mudik Lebaran ke Solo? Jangan Lewatkan Kuliner Ini
Kalau pertama kali coba dan salah beli yang culinary-grade buat diminum, bisa-bisa kamu jadi nggak suka matcha karena rasanya lebih kuat dan lebih pahit. Jadi pastikan pilih yang sesuai, ya!
Di kafe-kafe kekinian, matcha juga semakin banyak di-mix dengan berbagai bahan lain. Mulai dari banana cream matcha, strawberry matcha, sampai matcha dengan cold foam yang super creamy. Kreativitas ini yang bikin matcha tetap eksis dan nggak membosankan.
Tetapi, jujur saja, minum matcha itu bukan hobi yang murah. Harga bubuk matcha yang berkualitas bisa mencapai $20–$40 (sekitar Rp320.000 – Rp640.000) untuk satu ons (sekitar 28 gram).
Belum lagi kalau kamu mau serius bikin matcha ala Jepang, ada peralatan tambahan seperti chawan (mangkuk), chasen (whisk bambu), saringan, sampai timbangan buat takaran yang lebih presisi.
Mahalnya harga matcha kembali lagi ke proses produksinya yang memakan waktu dan melelahkan. Matcha berkualitas tinggi berasal dari daun tencha, yang dinaungi selama berminggu-minggu sebelum dipanen untuk meningkatkan rasa dan kandungan nutrisinya.
Matcha yang dipanen pertama kali, yang dihargai karena kualitasnya yang unggul, hanya dipanen sekali setahun pada bulan April dan Mei. Jendela panen yang terbatas ini, membuat hampir mustahil untuk meningkatkan produksi secara dramatis dalam semalam.
Baca juga: 9 Resep Olahan Semur dan Opor Ayam Sisa Hidangan Lebaran
"Tidak selalu ada kekurangan lahan untuk menanam lebih banyak teh," kata Simona Suzuki, salah satu pendiri Global Japanese Tea Association.
"Namun, semak teh membutuhkan waktu hingga lima tahun untuk tumbuh, jadi meskipun petani menanam lebih banyak lahan sekarang, itu tidak akan langsung mengatasi kekurangan tersebut."
Bagi banyak orang, bagian dari serunya minum matcha adalah menikmati proses penyeduhannya yang bisa jadi momen mindfulness.
Apakah matcha bakal tetap populer atau cuma tren sesaat? Kita lihat aja nanti. Tetapi yang jelas, matcha bukan sekadar minuman viral. Di balik segelas matcha yang kita nikmati, ada sejarah panjang, budaya yang kaya, dan manfaat kesehatan yang nggak main-main.