Urap |

Bukan Sekedar Hidangan Sayur, Urap Ternyata Penuh Filosofi

author
Dewi Shinta N
Jumat, 4 April 2025 | 16:55 WIB

Kita sering melihat sayur urap di acara syukuran, tujuh bulan kehamilan, bahkan tak jarang orang tua kita menyajikannya di meja makan untuk hidangan makan siang. Namun tahukah kamu jika urap merupakan makanan Jawa kuno dan memiliki filosofi yang mendalam?

Urap merupakan menu tradisional Indonesia. Sajian ini biasa ditemui di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pada dasarnya, urap adalah menu sayuran rebus yang diolah dengan kelapa parut dan bumbu. Tapi dibalik olahan sayur ini, ternyata urap merupakan salahsatu makanan Jawa kuno yang memiliki filosofi mendalam.

Dikutip dari Jatim Times, buku Makanan Tradisional dalam Kajian Pustaka Jawa, Arkeolog UGM Prof Timbul Haryono mengungkap urap merupakan sajian sayuran tertua yang ada di Nusantara.

Urap telah ada sejak abad ke-10. Hal itu tampak dari prasasti yang menyebut kata wrak-wrak yang diartikan sebagai urap-urap sajian khas campuran kelapa.

Baca juga: Mengenal Tradisi Tumpeng Sebagai Simbol Perayaan

Selain itu, sebelum nama urap populer, makanan tersebut juga sempat disebut kuluban dan gudangan. 

Berdasarkan sejarahnya, kuluban sudah ada sejak abad ke-10. Nama kuluban disebutkan dalam prasasti Linggasuntan yang berasal dari Kerajaan Medang. Kerajaan Medang disebut juga Kerajaan Mataram Kuno yang sempat berpusat di Jawa Tengah, lalu pindah ke Jawa Timur.

Selain menjadi salah satu makanan tradisional yang tertua, urap juga memiliki filosofi yang mendalam. Kata “urap” berasal dari bahasa Jawa, yakni urip yang artinya hidup. Hidup memiliki makna bahwa manusia hidup tidak hanya dengan raga melainkan juga rasa, jiwa, cipta dan karsa.

Menurut Ki Juru Bangun Jiwa dalam buku Panduan Kuliner Selamatan Adat Jawa, jenis sayurnya tidak dipilih begitu saja karena tiap sayur juga mengandung perlambang tertentu. Sayuran yang harus ada dalam urap adalah kangkung, bayam, taoge, dan kacang panjang.

Baca juga: Cerita Dibalik Rendang yang Kaya Rempah dan Proses Pembuatannya!

Setiap sayur, memiliki makna filosofis sendiri-sendiri, yakni:

  • Tauge bermakna pertumbuhan dan kreatifitas, tauge yang awalnya terbuat dari kacang hijau ini memiliki makna kesuburan.
  • Kangkung yang dalam faktanya bisa hidup di air dan di darat sehingga melambangkan bahwa manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
  • Bayam yang memiliki daun sederhana dan juga warna hijau muda yang segar melambangkan kehidupan ini selalu dalam keadaan ayem tentrem dan juga sejuk dalam berumah tangga tanpa ada konflik.
  • Kacang panjang bermakna bahwa hidup selalu harus berfikir panjang dalam mengambil keputusan. Selain itu kacang panjang juga melambangkan mengenai umur yang panjang.
  • Bumbu urap yang terbuat dari parutan kelapa yang berarti urip atau hidup dalam artian bahwa selama orang itu hidup dapat menghidupi atau menafkahi seluruh keluarga.

Dalam tradisi Jawa, urap merupakan sajian yang penuh makna, tidak heran sayur urap seringkali disajikan pada acara syukuran. Sehingga, kita perlu maknai urap bukan sekedar hidangan, karena disetiap sajian urap terdapat doa yang perlu kita khidmati bukan sekedar dinikmati.