
Ramadan, Momen untuk Back to Family
Nabi Muhammad disebut selalu membatalkan puasa dengan segelas air putih dan tiga butir kurma. Sederhana sekali, ya? Tindakan ini berakar pada ajaran Islam dan memiliki simbolisme spiritual yang menandakan berakhirnya puasa harian dan dimulainya berbuka puasa.
Begini sabda Rasululah SAW berdasarkan hadis yang diriwayatkan Salman bin Amir RA: ”Apabila salah seorang dari kalian berbuka puasa, maka berbuka puasalah dengan kurma. Karena sungguh kurma itu berkah. Jika dia tidak mendapatkan kurma, maka minumlah air. Karena sungguh air itu mensucikan”. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Tetapi pilihan untuk berbuka puasa dengan kurma bukan hanya merupakan simbol spiritualisme. Kurma itu sendiri mengandung banyak manfaat nutrisi, sehingga jadi pilihan ideal untuk membatalkan puasa.
Baca juga: Trik Memanggang Bika Ambon yang Fluffy dan Bersarang
Rasanya yang manis berkat kandungan gula alami dalam kurma akan meningkatkan kadar gula darah sehingga memberikan tambahan energi dengan cepat setelah seharian berpuasa. Kandungan gula tersebut merupakan karbohidrat sederhana yang mudah dicerna, sehingga nyaman di perut yang kosong selama belasan jam sebelumnya.
Selain itu kurma juga kaya akan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan. Belum lagi kandungan airnya yang membantu menambah cairan dalam tubuh kita setelah seharian tidak makan dan minum.
Dan, banyak lagi kandungan nutrisi dalam kurma. Hebat, kan? Cukup dengan segelas air putih dan tiga butir kurma, sebenarnya energi kita perlahan mulai terpulihkan. Usai Shalat Magrib, barulah kita bisa melanjutkan dengan santap malam yang lengkap.
Berburu takjil
Namun kebiasaan kita selama Ramadan sepertinya tidak sesederhana itu. Banyaknya penjual takjil yang menciptakan fenomena War Takjil menunjukkan bahwa makanan berbuka puasa sangat diminati. Jajanan seperti aneka bubur, kolak, sago pandan, es pisang ijo, gorengan, lontong, dan kue-kue basah ludes dalam sekejap.
Kudapan-kudapan ini diborong untuk dinikmati bersama di hari-hari pertama puasa di rumah. Padahal, terkadang ibu sudah membuat kolak, es buah, es timun suri, atau puding. Atau seperti saya, yang waktu kecil paling suka kalau ibu saya bikin setup pisang atau setup nanas. Wangi cengkehnya itu bikin saya kangen rumah tiap bulan puasa!
Setiap keluarga sepertinya memang punya menu berbuka puasa andalan yang bikin kita kangen rumah. Mungkin tidak ada sajian yang sama untuk keluarga yang lain, karena sifatnya memang sangat personal. Jangan protes kalau ada yang bilang “paling enak buatan Mama”. Semua anak pasti mengklaim masakan ibunya yang paling enak!
Ini belum termasuk ketika grup jualan di Whatsapp lingkungan RT atau RW menawarkan buah-buahan, aneka makanan beku, makanan kering, atau makanan instan lain. Para ibu tanpa pikir panjang pasti memesannya untuk stok makan sahur.
Baca juga: Cara Cepat Menyerap Minyak yang Berlebih pada Gorengan
Pengeluaran meningkat
Setelah hari-hari pertama rajin buka puasa di rumah, acara buka puasa lantas bergeser ke kantor atau ke lingkup pergaulan. Menu takjil di kantor seperti bubur sumsum, biji salak, lontong dan bihun siram bumbu kacang, dan aneka gorengan, tak bosan-bosannya kita beli hampir setiap hari. Tidak lupa teh manis hangat untuk minumannya.
Kenapa ya kalau bulan puasa malah jadi laper mata? Kenapa semua makanan rasanya jadi lebih enak? Karena laparkah? Mengapa menu berbuka puasa harus lebih istimewa daripada biasanya? Padahal, dengan menu yang lebih istimewa, pengeluaran saat Ramadan malah membengkak (untung bukan lingkar pinggang yang bengkak).
Ini ada buktinya, lho. Survei persepsi publik terkait pengeluaran selama Ramadan oleh TGM Research tahun 2024 menunjukkan, 46% umat muslim Indonesia menghabiskan biaya untuk belanja makanan dan minuman lebih banyak dibandingkan bulan lainnya.
Tahun sebelumnya, laporan “2023 Welcoming 2023 Ramadan and Eid” dari Jakpat mengungkapkan, 56,78% responden mengaku pengeluaran saat Ramadan lebih banyak daripada hari biasanya. Lalu, 80% orang mengaku pengeluaran digunakan untuk buka puasa, dan 79% untuk belanja makanan.
Tahun ini, Redseer Strategy Consultants melaporkan, total belanja masyarakat Indonesia selama Ramadan 2025 diperkirakan mencapai US$ 73 miliar atau setara Rp 1.188 triliun.
"Ini setara dengan sekitar US$ 300 per orang, menyoroti besarnya daya beli konsumen Indonesia selama musim Ramadan," tulis Redseer dalam laporannya, Senin (17/2/2025).
Sektor belanja yang mendominasi, seperti tahun-tahun sebelumnya, meliputi grocery (kebutuhan sehari-hari) makan di luar, fashion, serta produk kecantikan dan perawatan wanita.
Baca juga: Legit atau Gurih, Kue Keranjang Selalu Dinanti Saat Imlek
Kembali ke rumah
Ternyata, pola belanja masyarakat Indonesia selama Ramadan sudah lama berubah, ya. Tanpa adanya survei tersebut, kita pun diam-diam membenarkan bahwa ada peningkatan pengeluaran Ramadan.
“Sebenarnya kalau buka puasa itu enaknya waktu tegukan pertama minum teh anget sih. Haus langsung hilang, perut rasanya juga nyaman. Selanjutnya biasa aja,” kata teman saya dulu, yang biasa buka puasa dengan makanan ringan saja.
Hm... ada benernya juga sih. Lagian memuaskan keinginan untuk membeli berbagai macam penganan itu bukannya malah bertentangan dengan konsep menahan hawa napsu yang jadi inti puasa itu sendiri ya? Padahal dengan menu takjil yang sederhana, seperti kurma atau kolak saja, dahaga dan lapar kita sudah sedikit terbayar.
Kalau bosen gimana? Boleh dong, kalau mau jajan takjil. Itung-itung ikut seseruan War Takjil dan membantu ngelarisin UMKM. Tapi jangan sampai ini jadi keharusan yang bikin kita boros selama Bulan Suci. Jangan lupa, ini puasanya 30 hari, lho. Masih akan ada pengeluaran untuk bayar zakat/infaq/sedekah, mudik, dan merayakan Idulfitri.
Yuk, kita jadikan puasa sebagai momen untuk back to family, kembali ke rumah. Memasak dan makan bersama, juga tarawih atau membaca Al Qur’an bareng. Ini tradisi keluarga yang pasti bakal dikangenin ketika anak-anak sudah besar nanti. Kangen hangatnya kebersamaan dengan keluarga, rindu masakan Bunda yang nggak ada obat.
Kembali ke rumah juga relate banget dengan tradisi Ramadan yang merupakan bulan untuk meneladani kesederhanaan Nabi Muhammad, dan mendekatkan hubungan kita dengan Tuhan.
Sumber:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20230410/9/1645227/survei-567-persen-masyarakat-ri-ngaku-pengeluaran-lebih-besar-saat-ramadan
https://digdata.id/baca/belanja-makanan-dan-sedekah-meningkat-selama-ramadan/
https://nasional.kontan.co.id/news/konsumsi-warga-ri-selama-ramadhan-2025-diprediksi-rp-1188-triliun-ada-kehati-hatian
https://jateng.nu.or.id/taushiyah/berbuka-dengan-kurma-pAjw5