Nasi Tumpeng | Shutterstock

Mengenal Tradisi Tumpeng Sebagai Simbol Perayaan

author
Dinda Karunia Putri
Kamis, 10 Oktober 2024 | 10:26 WIB

Tumpeng atau nasi tumpeng adalah hidangan yang disajikan pada upacara adat masyarakat Jawa, Bali, Madura, dan Sunda. Kebiasaan membuat tumpeng itu sendiri biasa nya untuk acara  kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting, seperti perayaan kelahiran atau ulang tahun serta berbagai acara syukuran lainnya. Perayaan atau kenduri merupakan wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Hal ini yang membuat tumpeng memiliki nilai rasa syukur dan perayaan. 

Falsafah tumpeng berkait erat dengan geografis Indonesia, terutama pulau Jawa yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.

Tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Menurut tradisi Islam Jawa, “Tumpeng” merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lauk pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 (tujuh) bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra’ ayat 80: “Ya Tuhan, masukkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan”.

Perayaan dengan Nasi Tumpeng | Shutterstock

Masih sering dijumpai masyarakat awam  kaum pelaku tradisi dan budaya masih salah dalam memperlakukan tumpeng yang memotong bagian atas tumpeng secara horizontal, hal ini sangatlah keliru. Bagian atas tumpeng melambangkan Tuhan dan bagian bawah melambangkan kawula-Nya, sehingga tumpeng itu juga adalah simbol dari penyatuan Tuhan dan Hamba-Nya atau dalam bahasa Jawa disebut “manunggaling kawula Gusti”. Sehingga jika tumpeng dipotong bagian atasnya secara horizontal maka terputuslah penyatuan antara Tuhan dan hamba-Nya. Tumpeng dapat dibelah di bagian tengah dari bagian dasar ke puncak sehingga terpisah menjadi 2 (dua), kemudian dikeduk dari bawah ke atas agar bagian bawah dan atas dapat menyatu, setelah itu tumpeng dapat dibagikan. 

Tidak ada lauk-pauk baku untuk nasi tumpeng. Namun, beberapa lauk-pauk yang ada di nasi tumpeng antara lain perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar/telur goreng, timun yang dipotong melintang, dan daun seledri. Variasinya melibatkan tempe kering, serundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengertian makna tradisional tumpeng, lauk pauknya dianjurkan menggunakan dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur mayur (kangkung, bayam, atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengertian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali.

Tumpeng itu sendiri memiliki beberapa variasi diantaranya:

  1. Tumpeng Robyong - Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman dalam pernikahan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan berbagai macam sayuran. Di bagian puncak tumpeng ini diletakkan telur ayam, terasi, bawang merah dan cabai.
  2. Tumpeng Nujuh Bulan - Tumpeng ini digunakan pada syukuran kehamilan tujuh bulan. Tumpeng ini terbuat dari nasi putih. Selain satu kerucut besar di tengah, tumpeng ini dikelilingi enam buah tumpeng kecil lainnya. Biasa disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang.
  3. Tumpeng Pungkur - digunakan pada saat kematian seorang wanita atau pria yang masih lajang. Dibuat dari nasi putih yang disajikan dengan lauk-pauk sayuran. Tumpeng ini kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.
  4. Tumpeng Putih - warna putih pada nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat Jawa digunakkan untuk acara sakral.
  5. Tumpeng Nasi Kuning - warna kuning menggambarkan kekayaan dan moral yang luhur. Digunakan untuk syukuran acara-acara gembira, seperti kelahiran, pernikahan, tunangan, dan sebagainya. 
  6. Tumpeng Seremonial/Modifikasi/Variasi - Biasa digunakan sebagai tumpeng hantaran untuk acara keluarga. 

Sumber artikel: https://id.wikipedia.org/wiki/Tumpeng