Cerita Dibalik Rendang yang Kaya Rempah dan Proses Pembuatannya!
Randang (bahasa Minangkabau) atau yang biasa kita sebut sebagai rendang merupakan salah satu hidangan bercita rasa lezat khas Sumatera Barat yang berbahan dasar daging. Menurut sejarah, rendang merujuk pada teknik memasaknya, yaitu “Marandang”. Yang artinya, mengaduk makanan sampai berjam-jam hingga menyisakan daging yang dibalut dengan bumbu berwarna hitam atau kerap disebut “Dadak”.
Selain bahan dasar daging, rendang kaya akan kandungan bumbu dari rempah-rempah yang membuatnya menjadi lezat. Kandungan rempah pada rendang menggunakan santan kelapa yang dipadukan dengan dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai, serai, lengkuas, kunyit, jahe bawang putih, bawang merah, dan bumbu-bumbu lainnya. Rendang. Dengan kandungan bumbu-bumbu alami ini rendang dapat disimpan seminggu hingga empat minggu tanpa menggunakan bahan pengawet.
Sejarah dari rendang itu sendiri dimulai dari catatan abad ke 19, rendang muncul sekitar abad ke-16, di mana ketika itu perantau Minang suka melakukan perjalanan menggunakan kapal laut ke Selat Malaka serta Singapura. Perjalanan ini biasanya memakan waktu yang cukup lama dan sulit untuk mencari tempat singgahnya kapal. Akhirnya, perantauan Minang memutuskan membuat hidangan yang bisa tahan lama, dari sinilah tercipta rendang. Selain itu, catatan sejarah juga menyebutkan kalau rendang sudah ada sejak masa Raja Adityawarman pada tahun 1347-1375 M atau pada masa kerajaan Pagaruyung.
Baca juga: Nasi Ulam, Sarapan Khas Betawi yang Kini Semakin Jarang Ditemukan
Rendang memiliki makna budaya dan memiliki posisi istimewa dalam budaya Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat yaitu “Musyawarah” dan “Mufakat”, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang. Secara simbolik, dagiang atau daging (daging sapi) melambangkan “niniak mamak” (para pemimpin suku adat), karambia (kelapa) melambangkan “Cadiak pandai” (kaum intelektual), lado (cabai) melambangkan “alim ilama” yang tegas untuk mengajarkan syariat agama, dan pemasak (bumbu) melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Tak hanya itu, dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perayaan adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Tidak heran jika rendang mendapatkan penghargaan World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International pada tahun 2011 dan dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama. Kemudian, pada tahun 2018, rendang resmi ditetapkan sebagai salah satu dari lima hidangan nasional Indonesia.
Seperti yang kita tahu umumnya rendang menggunakan daging sapi, tetapi rendang juga dapat disajikan dengan berbagai jenis bahan daging lainnya yang dimasak sesuai dengan bumbu dan resep dari rendang itu sendiri. Varian rendang yang dapat disajikan antara lain:
- Rendang daging (randang dagiang): rendang daging sapi, kerbau, kambing, atau domba. Adalah jenis rendang yang paling lazim ditemukan.
- Rendang ayam: rendang yang terbuat dari daging ayam.
- Rendang bebek (randang itiak): rendang yang terbuat dari daging bebek.
- Rendang hati: rendang yang terbuat dari hati sapi.
- Rendang telur (randang talua): rendang yang terbuat dari telur ayam dengan bentuk yang lebih menyerupai keripik, khas Payakumbuh.
- Rendang paru: rendang yang terbuat dari paru-paru sapi, khas Payakumbuh.
- Rendang ikan tongkol: rendang yang terbuat dari ikan tongkol.
- Rendang ikan tenggiri: rendang yang terbuat dari ikan tenggiri.
- Rendang suir (randang runtiah): rendang khas Payakumbuh yang dibuat dari daging ayam atau sapi yang serat dagingnya disuir atau diurai kecil-kecil. Rendang suir mirip abon, perbedaannya adalah serat dagingnya lebih besar dan bumbu rendang keringnya yang khas.
- Rendang kerang (randang lokan): merupakan varian rendang yang terbuat dari kerang, khas dari daerah pesisir seperti Pesisir Selatan dan Pariaman.
- Rendang pensi: rendang khas Danau Maninjau, Kabupaten Agam, yang terbuat dari pensi (kerang air tawar yang berukuran kecil).
- Rendang belut: rendang khas Kabupaten Tanah Datar yang diolah dengan bermacam-macam daun sehingga menghasilkan rasa asam dan pedas.
- Rendang teri (randang maco): rendang khas Kabupaten Lima Puluh Kota yang diolah dengan ikan teri atau jenis ikan asin lainnya
Baca juga: Praktis! Roti Abon Rumahan ala Bakery Terkenal
Cookiners, rendang menjadi sebuah warisan kuliner yang tidak ternilai harganya bagi masyarakat Minangkabau. Rendang sudah merepresentasikan budaya, tradisi, dan filosofi hidup dari masyarakat Minang Sumatera Utara. Hidangan ini wajib kita jaga dan kita kenalkan kepada anak cucu kita kelak.
Kalau Cookiners, sudah pernah coba masak rendang varian apa saja, nih?
Sumber artikel: