Ini Sejarahnya Kenapa Es Potong Singapura Dimakan Bareng Roti
Jajanan khas ala Singapura untuk para turis ini sudah berumur hampir setengah abad. Simak sejarahnya kenapa es krim ini dimakan di antara lembaran roti.
Kalau lagi jalan-jalan di Orchard Road, pasti nggak asing dengan pemandangan penjual es krim potong. Uncle Ice Cream, begitu nama lainnya, karena biasa dijual oleh para uncle yang sudah berusia lanjut alias senior citizen.
Buat turis (nggak terkecuali turis Indonesia), makan es krim potong ini kayak wajib hukumnya. Harganya yang murah meriah (sekitar 1-1,5 dolar Singapura, atau 10-15 ribu rupiah) juga nggak berat di kantong.
Kesukaan orang Indonesia makan es potong Singapur ini terbukti ada beberapa kedai yang menjualnya di mal-mal Di sini.
Diawali Dengan Stik
Es krim satu ini memang unik. Potongan es berbentuk balok diletakkan di tengah roti tawar. Begitu digigit, kombinasi roti dan tekstur es krim yang lembut langsung terasa di lidah. Pernah bertanya-tanya, kenapa es krim ini ditaruh di dalam roti?
Menurut Uncle Chieng, salah satu penjual es krim potong berlisensi resmi di Orchard Road, sejarahnya dimulai di tahun 1960-an, saat pertama kali es ini mulai dijual.
Awalnya, es potong ini ternyata dijual menggunakan stik alias potongan kayu, tidak jauh beda dari yang dijual di Indonesia. Tapi di tengah cuaca panas, es potong ini pun gampang meleleh dan jatuh.
Biskuit, Wafer dan Roti
Usaha mengubah potongan es krim jadi lebih lebar dan kotak tidak mengubah keadaan, es krim tetap gampang meleleh dan jatuh.
Kemudian, muncul ide untuk memakai biskuit/wafer berbentuk bulat untuk menahan es krim agar tidak jatuh. Hasilnya, es krim memang tidak jatuh dan juga ketika dimakan bersamaan terasa enak.
Dari situlah, mulai populer ice cream sandwich alias es krim potong Singapura yang ditaruh di antara dua lembar wafer atau di tengah lembaran roti tawar.
Mendadak kepingin makan es krim potong Singapura ini? Kamu bisa bikin sendiri di rumah, lho. Klik di bawah ini untuk video cara membuatnya.
