Bijaklah membaca banyak berita atau informasi termasuk intro-intro di atas resep atau di petikan penawaran kursus. Seperti pagi ini saya membaca sebuah ajakan untuk mengikuti kursus membuat roti.
“Baru Pertama, Membuat Roti Tanpa Banting”. Saya segera menyambar cangkir kopi, tanpa ingat kopi masih mengepul panas. Untung ingat di detik terakhir sebelum sempat masuk mulut.
Semua orang malas membuat roti karena harus membanting-banting adonan. Sehingga kemalasan ini jadi peluang untuk dijual. Eh, lupa, ya adonan roti harus diuleni dan proses pengulenan tak berbeda dengan membanting. Intinya mengubah protein dalam tepung jadi gluten sehingga dihasilkanlah serat-serat pada roti.
Kenapa takut dengan membanting adonan? Memangnya tak kenal teknologi mixer? Biarkan mixer yang menjalankan proses pengulenan dan membanting. Kita? Kita mengerjakan yang lain, dong.
Malas Menguleni? Serahkan Saja Ke Mixer. | SHUTTERSTOCK
Satu lagi hoaks yang terbaca pagi ini. “Hanya Tiga Langkah untuk Membuat Bolu ini”. Berduyun-duyunlah orang menyiapkan bahannya. Step di cara membuat memang ada 3. Tapi baca dulu, tiap poin ternyata ada dua atau 3 langkah, lo.
Intinya yang saya mau bilang, ada pihak yang mengajak dengan cara di atas, ada pihak yang lebih suka menyampaikan apa adanya. Kalau prosesnya panjang, ya, bilang panjang. Kalau harus diuleni, ya, katakan wajib diuleni. Itu lebih jujur, bukan?
Lagipula kenapa takut pada proses panjang. Singkat atau ribetnya pembuatan makanan hendaknya diabaikan saja. Fokuslah pada hasil yang akan dicapai. Ingat kebahagiaan mereka yang akan menyantap hidangan yang kita buat, niscaya segala kelelahan menjadi nihil.