Berita-berita hoaks terus saja bermunculan. Katanya, hoaks dibuat oleh orang cerdas yang jahat, diterima dengan mudah oleh mereka yang bodoh. Meski sebagian besar kita emoh disebut bodoh, toh, tanpa sadar sering juga termakan berita ini.
Faktanya, berita hoaks sering kali “enak” disimak. Buktinya ada, kok, situs yang menjadikan berita hoaks sebagai rubriknya seperti Hoaks Pekan Ini, misalnya. Dan yang baca tak kurang-kurang jumlahnya. Konon, dalam waktu dekat ini, bahkan sampai kampanye, mendatang, berita hoaks bakal terus menjadi.
Dunia kuliner juga mengenal hoaks. Masak, iya, sih. Iya bingitz. Suatu hari, teman kuliah saya di grup WA mengumumkan akan mencoba resep pizza di hari Minggu. Dengan bangga dia bilang bahwa resep pizza yang diberikan temannya ini sungguh praktis karena dibuat tanpa proses pengulenan.
“Ha???,” Saya langsung menyambar. “Iya,” jawabnya seakan mendapat sesuatu yang maha berharga.
“Mencoba, sih, boleh, tapi aku kasih tau kalau adonan pizza dibuat tanpa diuleni, hasilnya biskuit,” kata saya.
Seperti saya bilang, yang hoaks seringkali jauh lebih dipercaya. Pizza tanpa pengulenan itu tetap dibuat. Malamnya, ia menelepon, “You are absolutely right, Semy. Malam ini kami makan biskuit oles tomat!”
Andaikan saya bisa bilang, “Nah, apa kata saya”. Atau seperti yang saya selalu bilang sama teman-teman, “Gak percaya, sih, sama Tante Semy”